Rabi'ah Al-'Adawiyyah adalah seorang ulama perempuan yang dikenal dengan kesucian hatinya sebagai sufi perempuan. Karena kesuciannya itu, Rabiah enggan menikah dengan manusia dan tetap memilih Sang Kekasih sejati sebagai kekasihnya. Berikut di bawah ini lima kalimat bijak kerinduan Rabi'ah Al-'Adawiyyah, seorang sufi yang hidupnya selalu dimabuk cinta oleh Kekasihnya Kata Bijak Pertama baca juga 10 Kata Bijak Sunan Kalijaga ini Bikin Hati Adem dan Tentram 15 Kata Bijak Gus Dur, Dijamin Termotivasi Membacanya 5 Kata Bijak Ibnu 'Athaillah As-Sakandari, Bikin Hati Adem dan Tentram "Tuhanku, jika aku mengabdi kepada-Mu karena takut kepada neraka, bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku mengabdikepada-Mu karena mengharapkan surga, jauhkanlah aku daripadanya. Tetapi jika Kau kupuja karena Engkau, janganlah Engkau sembunyikan kecantikan-Mu yang kekal dariku." Kata Bijak Kedua "Ya Tuhan, bintang di langit telah gemerlapan, orang-orang telah bertiduran, pintu-pintu istana telah dikunci, dan tiap kekasih telah menyendiri dengan kekasihnya, dan inilah aku di hadirat-Mu." Kata Bijak Ketiga "Tuhanku, malam telah berlalu dan siangpun segera menampakkan diri. Aku gelisah, apakah amalanku Kau terima hingga aku merasa bahagia, ataukah Engkau tolak hingga aku merasa sedih. Demi kemuliaan-Mu, inilah yang aku lakukan selama Engkau beri hayat. Sekiranya Engkau usir aku dari depan pintu-Mu, aku tidak akan pergi, karena cinta pada-Mu telah memenuhi hatiku." Kata Bijak Keempat
RabiahAl-Adawiyah: Jalan Spiritual Sang Pecinta - Oleh: Abdul Munim Qandil - Rabi'ah Al-Adawiyah lahir di Basrah pada tahun 95 H (714M) dan meninggal di Jerussalem pada tahun 185 H (796M). Ia terlahir dari keluarga yang shalih dan zuhud. Rabi'ah adalah sufi pertama yang memperkenalkan ajaran mahabbah (totalitas kecintaan) Ilahi, sebuah jenjang (maqam) atau tingkatan yang dilalui oleh seorangloading...Ilustrasi Rabiah Al-Adawiyah Sejak aku mengenal-Nya, aku berpaling dari makhluk-makhluk-Nya. Photo ilustrasi Theglobalvariety/deviant art Farid al-Din Attar dalam bukunya berjudul Tadhkirat al-Auliya’ dan diterjemahkan ke bahasa Inggris Arberry menjadi Muslim Saints and Mystics menceritakan bahwa suatu hari Rabiah Al-Adawiyah jatuh sakit. Dia ditanya apa penyebabnya.“Aku memandang Firdaus,” jawabnya, “Dan Tuhanku mendisiplinkanku.” Baca Juga Kemudian Hasan al-Basri pergi untuk menjenguknya. “Aku melihat salah satu pemuka Basra berdiri di depan pintu rumah Rabiah, dia ingin memberikan pundi emasnya dan menangis,” kata Hasan bercerita. “Aku berkata, Tuan, mengapa engkau menangis?’ Dia menjawab, Karena wanita suci zaman ini, karena jika berkah kehadirannya hilang dari umat manusia, mereka pasti akan binasa. Aku membawa sesuatu untuk biaya perawatannya, dan aku khawatir dia tidak mau menerimanya. Apakah engkau mau mengambil dan memberikannya untuk dia?’.”Lalu Hasan masuk dan berbicara. Rabiah menatapnya dan berkata, “Dia menafkahi mereka yang menghina-Nya, dan tidak akankah Dia menafkahi mereka yang mencintai-Nya?Sejak aku mengenal-Nya, aku berpaling dari makhluk-makhluk-Nya. Aku tidak tahu apakah harta seseorang halal atau tidak; lalu bagaimana aku bisa menerimanya? Aku pernah menjahit pakaianku yang rusak dengan cahaya dunia. Untuk sesaat hatiku terlena, hingga aku tersadar. Lalu aku merobek pakaian itu di tempat aku menjahitnya, dan hatiku menjadi lega. Mintalah kepada tuan itu mendoakanku agar jangan sampai hatiku terlena.” Baca Juga Pada hari lainnya, Hasan al-Basri, Malik bin Dinar, dan Syaqiq al-Balkhi pergi menjenguk Rabiah di pembaringannya.“Seseorang tidak dapat dipercaya kata-katanya,” Hasan memulai, “jika dia tidak tabah menerima ujian dari Tuhannya.”“Kata-kata ini berbau egoisme,” kata Rabiah menanggapi.“Seseorang tidak dapat dipercaya kata-katanya,” Syaqiq mencoba, “jika dia tidak bersyukur atas ujian dari Tuhannya.”“Kami membutuhkan sesuatu yang lebih baik dari itu,” kata Rabiah.“Seseorang tidak dapat dipercaya kata-katanya,” Malik juga mencoba, “jika dia tidak bergembira atas ujian dari Tuhannya.”“Kami membutuhkan sesuatu yang lebih baik dari itu,” ulang Rabiah.“Lalu bagaimana menurutmu?” desak mereka.“Seseorang tidak dapat dipercaya kata-katanya,” kata Rabiah, “jika dia tidak melupakan ujian dalam merenungi Tuhannya.” Baca Juga mhy Kedua Rabi'ah dan al-Ghazali memiliki objek cinta hakiki yang sama yaitu Allah swt, dan tujuan hidup mereka adalah berjumpa dengan Sang Kekasih. Rabi'ah dan al-Ghazali merumuskan cinta kedalam dua macam, yaitu cinta yang timbul karena mencintai diri sendiri, dan karena yang dicintai itu sendiri pantas atau berhak untuk dicintai, ini dikarenakan keindahan Tuhan telah terbuka di depan mata